Indonesia Belum Merdeka

Jumat, 19 Februari 2010

INDONESIA MASIH DIJAJAH

Selamatkan Bangsa Ini
Tidak bisa dipungkiri Indonesia adalah negara yang sangat kaya sekali. Dengan hasil buminya yang berlimpah ruah. Setiap orang pasti tidak bisa memungkirinya, baik itu orang Indonesia sendiri atau orang asing. Kekayaan alam Negeri kita yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa ini bahkan telah menyebar luas bagaikan dongeng yang menjadi buah bibir umat manusia di seluruh penjuru dunia. Berbondong-bondong bangsa lain datang ke Nusantara ini. Dengan bermacam-macam cara dan siasat mereka datang ingin menguasai hasil bumi yang kita miliki. Dari sejak expedisi Colombus, penjelajah-penjelajah Arab, China hingga penjajahan Portugis, Spanyol Inggris dan Belanda. Namun sayang sampai saat inipun kita masih saja tidak menyadari kalau secara tidak langsung kita ini masih terjajah. Penjajahan ekonomi oleh bangsa-bangsa asing. Celakanya lagi kita malah bersikap seolah-olah menyodorkan diri kita sendiri untuk dijajah. Maka kapan kita bisa merdeka? Merdeka dalam arti yang sesungguhnya. Merdeka dari noeimperialisme.

Kalau boleh bertanya. Dengan hasil bumi melimpah ruah yang kita miliki ini (yang pernah membuat Belanda menjadi negara terkaya di dunia pada masa penjajahan) bukankah seharusnya sekarang kita bisa lebih makmur, lebih sejahtera dari bangsa-bangsa lain? yang sampai saat inipun mereka masih terus berdatangan ke negeri ini untuk ikut menikmati kekayaan alam kita. Bukankah seharusnya kita sebagai pemilik kekayaan ini bisa lebih maju dari Malaysia dan dari Singapura? Bahkan bisa sejajar dengan negara-negara di benua Eropa? Tapi kenapa itu tidak terjadi? Kenapa malah selamanya kita yang menjadi babu dan kuli mereka? Apa yang salah pada diri kita ini…? Apakah memang kita ini terlalu baik hati membiarkan hasil bumi, kekayaan alam kita terus diambil seenaknya oleh bangsa lain? Ataukah memang kita terlalu bodoh sehingga tidak menyadari kalau kita sedang dikadali, sehingga tidak sadar kalau negeri ini sedang dibikin sapi perahan oleh bangsa-bangsa lain? Inilah penjajahan model baru yang berkedok HAM dan DEMOKRASI, dengan membonceng paham liberalis dan ekonomi kapitalis, tidak lagi dengan senjata berisi peluru, sebab mereka tidak ingin dikecam dunia. Namun sangat disayangkan kita terus saja tidak menyadarinya dan terlena.

Sampai saat inipun kita masih terlena sementara Malaysia terus memborong hutan-hutan dan lahan-lahan kita untuk perkebunan kelapa sawit mereka dan rakyat kita yang menjadi kulinya. Kita masih terlena sementara kapal-kapal Vietnam, Thailand, China, Jepang terus mencuri ikan-ikan dari laut kita. Kita masih juga terlena sementara Singapore terus membabati hutan-hutan dan memboyong batubara, pasir, dan timah dari pulau-pulau kita yang semakin hari semakin tenggelam dari permukaan laut. Di tempat lain Amerika dan sekutunya terus menguras tambang minyak, gas dan emas kita. Yang lebih menyedihkan lagi, bukan hanya proyek-proyek berskala besar saja telah dikuasai Asing bahkan sampai seperti parkiran dan WC umumpun mulai kita gadaikan. Apa bangsa ini nanti akan jadi pengontrak dinegeri sendiri? Kapan ini semua akan berakhir? Apakah kita terus akan diam dan diam menunggu dan menunggu sampai semua kekayaan alam kita ludes terkuras? Apa kelak yang akan kita wariskan buat anak cucu kita?

Sadarlah wahai bangsaku! Bangunlah dari tidurmu yang panjang! Bangkitlah segera sebelum nasi menjadi bubur! Sadarlah…!

Kalau kita amati dengan seksama, saat ini ada dua kubu atau kelompok yang menjadi kiblat keberpihakan setiap negara-negara di belahan bumi ini.

Kubu pertama adalah kelompok yang dipelopori Amerika, Yahudi serta sekutunya Eropa yang membawa paham liberal dan ekonomi kapital. Mereka adalah kelompok pengklaim penegak demokrasi dan HAM. Sebenarnya merekalah penjajah-penjajah di abad modern ini. Sedang kubu kedua adalah kelompok yang tidak mau tunduk atau berpihak kepada kepentingan mereka seperti Venezuela, Iran, Syria, Malaysia dan lain-lain. Sementara tidak bisa dipungkiri seringkali di dalam satu negeri bisa terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok yang mendukung Amerika dan sekutunya dan kelompok lain yang pro rakyat

Kubu pertama (Amerika dan sekutunya) seringkali dengan cara-cara yang licik megobrak-abrik Negara-negara ketiga demi kepentingan mereka, walaupun sebelumnya pernah menjadi mitra yang berpihak kepada mereka. Namun ketika dianggap tidak lagi memberi keuntungan, atau mereka melihat ada keuntungan lain yang lebih besar mitrapun ditendang.

Itulah Amerika/Yahudi yang penuh dengan kelicikan dan misteri, Negara yang rela meledakkan kapal lautnya sendiri demi untuk infansi ke Vietnam. Negara yang membuat laporan palsu senjata pemusnah masal di Irak sebagai alasan untuk menginfansi negara itu. Bahkan bisa jadi penyerangan WTC dan Pentagon bukanlah osamah bin ladin pelakunya, tapi mereka sendiri demi meraih dukungan dunia untuk menginfansi negara-negara di timur tengah, buktinya diantara empat ribu orang yahudi yang bekerja di WTC satupun tidak ada yang masuk pada hari penyerangan itu. Sementara di pentagon tidak ada ditemukan satu puingpun dari pesawat penabrak bangunan tsb. Semoga saja Tuhan menjaga keutuhan NKRI ini ..Amiiin.

Amerika dan sekutunya juga selalu mendukung orang-orang seperti Faisal yang membunuh Raja Faisal di Arab Saudi, Anwar Ibrahim di Malaysia, Mousavi di Iran. Bahkan mereka juga menciptakan negara seperti Israel untuk memecah-belah negara-negara Arab. Membentuk stigma-stigma buruk terhadap lembaga-lembaga pejuang yang berpihak ke rakyat. Sebut saja Hamas dan Hizbullah yang bejuang untuk kemerdekaan tanah airnya dicap sebagai teroris. Tidak cukup sampai di situ, mereka juga terus meneror pribadi-pribadi nasionalis yang anti liberalis dan kapitalis, dan terus menekan setiap pemimpin negara yang populis, sampai mau tunduk kepada kepentingan mereka. Jebakan-jebakan berkedok demokrasi dan HAM selalu mereka jadikan senjata sakti yang ampuh untuk mengintervensi sebuah negara yang ingin mereka hisap kekayaan alamnya.

Apa itu kepentingan Amerika?
Sudah jelas pasti, pertama, Amerika menginginkan di dunia ini hanya ada satu kutub dibawah kendalinya dan sekutu-sekutunya. Kedua, semua negara-negara ketiga termasuk Indonesia harus tunduk dan tidak menghalang-halangi paham-paham mereka (Globalisasi, Ekonomi kapital dan Liberal yang sekarang menjadi Neoliberal) berkembang di negeri tersebut. Ketiga, Amerika dan sekutunya ingin negara-negara berkembang menerima pengusaha-pengusaha mereka yang kapitalis dan liberalis bebas keluar masuk dan bersaing dengan pengusaha-pengusaha lokal. Celakanya dengan masuknya kebudayaan dan pengusaha Amerika ke suatu negeri, selalu saja mendikte dan menekan pemimpin-pemimpin negara-negara yang mereka masuki. Maka disini jelaslah bahwa negara berkembang manapun yang tunduk pada politik Amerika akan menyengsarakan rakratnya sendiri.

Kalau kita mau kembali ke masa lampau kita dapat melihat dengan nyata beberapa negara berkembang yang menjadi korban kelicikan Amerika dan sekutunya. Kita ambil satu contoh saja, Negara Iran di masa kepemimpnan Syah Iran yang pro Amerika. Kala itu Amerika berhasil mempengaruhi Syah Iran sehingga dia mau menjadi boneka mereka. Lalu dengan kelicikannya Amerika berhasil menguras kekayaan minyak bumi negara itu sehingga terjadi kesenjangan sosial, pelacuran, perjudian dan segala bentuk kemaksiatan merajalela di penjuru negeri, Syah Iran menjadi semakin jauh dari rakyat, sehingga pada akhirnya timbul perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini pembawa revolusi dan berhasil menggulingkannya.

Bagaimana dengan Indonesia?
Dengan kasat mata kita melihat sampai saat ini Indonesia masih berada di bawah pengaruh asing. Kita juga masih membiarkan kepentingan asing dan pengusaha-pengusahanya merajalela di bumi ini menguras kekayaan alam. Kita juga masih dikuasai paham kapitalis liberal yang jelas sangat merugikan rakyat yang bermodal kecil. Maka tidak heran kalau terjadi kesenjangan social, jurang antara kaya dan miskin semakin hari semakin melebar. Harga barang semakin melangit. Apakah kita akan bernasib seperti Iran ketika di bawah kepemimpinan Syah Iran? Semoga itu tidak terjadi.

Perlu diingat bahwa Amerika yang bersikap double standard, tidak akan pernah membiarkan kita menjadi pengelola kekayaan alam kita sendiri. Dengan taktik yang sangat canggih dan berpengalaman mereka akan selalu mengintervensi pejabat dan pengusaha-pengusaha kita yang hanya memikirkan keuntungan pribadi. Mereka akan selalu membuat kita tidak mandiri, tidak percaya diri, sehingga kita berpikir bahwa kemakmuran dan kesejahteraan hanyalah sebuah mimpi bagi bangsa ini. Tampaknya mereka sampai saat ini sangat berhasil. Sehingga jadilah kita benar-benar tidak percaya diri, tidak peduli, dan merasa puas dengan pencitraan-pencintraan yang mereka buat. Kita merasa hanya beginilah kemampuan dan nasib kita, takdir kita, hanya boleh diberi melalui bantuan atau pinjaman ataupun sumbangan belas kasih saja, tidak boleh memiliki apalagi mengelola kekayaan alam sendiri. Inilah yang selalu mereka inginkan. Inilah yang dimaksud penjajahan model baru. Penjajahan yang membuat kita terus terperangkap dalam lingkaran keterpaksaan. Segala sesuatu serba terpaksa. Rakyat tidak lagi dipaksa bekerja seperti di masa penjajahan, tapi terpaksa bekerja dengan gaji seadanya demi menyambung hidup.

Mampukah bangsa kita melawan penjajahan sistematis ini?
Jawabanya hanya satu, kita mampu jika ada kemauan. Kemauan dari pemimpin bangsa ini bersama-sama dengan seluruh rakyat untuk benar-benar memperjuangkan kemerdekaan yang sesungguhnya dengan menciptakan satu negara yang berdaulat dan mandiri, tidak bergantung kepada negara lain. Itu bukan berarti kita harus memutus hubungan dengan luar. Tapi kita harus lebih berhati-hati. Kita harus lebih mengutamakan kepentingan rakyat banyak dari pada kepentingan lainnya. Kita harus pandai-pandai memilih negara mana saja yang bisa dijadikan teman akrab, dan selalu waspada dengan negara-negara yang nyata-nyata berjiwa Imperialis, berjiwa penjajah yang memang sangat licik, yang selalu saja ingin mengatur dan menguasai kekayaan-kekayaan alam negara lain. Kita jangan pernah mau terjebak kedalam perangkap mereka yang sengaja mereka ciptakan melalui tawaran-tawaran pinjaman, bantuan, pencintraan-pencintraan dan lain-lainnya. Kita jangan mau divonis sebagai negara lemah, yang tidak mampu berdiri diatas kaki sendiri.

Kalau saja kita mau belajar dari pengalaman-pengalan bangsa lain. Kita bisa melihat banyak sekali negara yang mampu melepaskan diri dari intervensi asing, mampu hidup mandiri, berdaulat dan disegani, hingga akhirnya mereka mampu mensejahterakan dan memakmurkan rakyatnya. Kita lihat saja negara-negara tetangga seperti China, Korea, Malaysia dll. Lalu kita bertanya kenapa mereka mampu? Apakah kita juga mampu seperti mereka? Sekali lagi jawabnya bahwa kita sangat-sangat mampu sekali, bahkan lebih mampu asal kita punya kemauan. Kemauan untuk mandiri. Tidak lagi bergantung kepada negara lain. Sebaliknya justru kita harus memperkuat fondasi ekonomi kita dengan memperdayakan sebesar-besarnya potensi kekayaan alam, terutama di pertanian dan kelautan yang tidak dimiliki negera-negara lain. Bukan malah membiarkan orang asing yang mengelola dan menikmatinya.

Tapi itu semua hanya bisa tercapai apabila kita memiliki seorang pemimpin yang jujur, adil dan berjiwa nasionalis yang lebih mengutamakan kepentingan bangsa sendiri, yang berpihak kepada seluruh rakyat bukan kepada segelintir orang dan pengusaha saja. Pemimpin yang tidak bisa dipengaruhi oleh negara-negara imperialis, tidak mau terikat pihak asing. Pemimpin yang mampu menciptakan system birokrasi yang sehat dan bersih dari korupsi, kolusi, monopoli dan nepotism. Pemimpin yang mengutamakan pembangunan pada potensi kekayaan agrari/bahari, demi untuk memperkokoh fondasi ekonomi, agar bisa mandiri, maka saat itulah kita akan melihat Indonesia yang adil, makmur, sejahtera sebagaimana cita-cita pendiri bangsa.

Bangsa Bermental Dijajah
Kalau kita belum pernah tinggal di luar Indonesia kita merasa kehidupan bangsa kita selama ini normal-normal saja. Tapi lain lagi ceritanya bagi mereka yang pernah menetap di luar beberapa tahun dan pernah bergaul dengan bangsa-bangsa lain, mereka akan heran dan merasa aneh sekali melihat tabiat bangsa kita ini. Karena banyak hal-hal yang tidak wajar yang selama ini melekat dan tumbuh subur pada bangsa kita. Hal-hal yang kita anggap biasa-biasa saja, bahkan ada yang menganggap satu kelebihan pada budaya kita, ternyata hal tersebut tidak pernah ada pada bangsa-bangsa lain. Ternyata ini adalah satu penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Bahkan telah berubah menjadi kebiasaan atau tradisi yang membudaya. Tradisi-tradisi yang menciptakan ketidak adilan. Tradisi-tradisi yang yang membuat negeri ini terus terperangkap dalam lingkaran penjajahan. Inilah penyakit-penyakit yang sangat merugikan kita dan menguntungkan bangsa lain. Penyakit mengagung-agungkan bangsa asing, merasa orang asing lebih hebat dari kita. Menganggap semua produk asing lebih baik. Penyakit bangsa kita yang terlalu mendewa-dewakan semua yang berlebel asing, membuat kita selalu merasa rendah diri. Bangsa yang terlalu hormat kepada orang asing. Bangsa yang terlalu baik dan ramah kepada orang asing. Bangsa yang gampang percaya kepada bangsa asing. Bangsa yang selalu bergantung kepada bangsa asing. Celakanya lagi banyak diantara kita yang rela mengorbankan warga bangsanya sendiri demi membela kepentingan bangsa asing, demi mencari penghargaan dan pujian dari bangsa asing. Bahkan ada yang rela merusak negeri sendiri, merusak alam lingkungan sendiri demi mendapat sedikit uang dari orang asing. Merekalah yang di zaman Belanda disebut sebagai antek-antek penjajah.

Dari kebiasaan atau tradisi buruk tadi timbullah banyak ketimpangan-ketimpangan. Ketimpangan dalam hak rakyat mendapat kesejahteraan, ketimpangan dalam hak usaha, ketimpangan dalam kebijakan kontrak antara pengusaha dan tenaga kerja, antara pribumi dan warga pendatang, bahkan antara pemerintah dengan pengusaha asing. Ketimpangan keberpihakan. Ketimpangan stimulus dan subsidi. Ketimpangan kebijakan timbal balik antara negeri kita dengan negara lain. Celakanya lagi ketimpangan dalam memproteksi negeri dan bangsa sendiri, dimana negara-negara lain seperti Jepang, China, Amerika, dan semua negara-negara Eropa dan Timur Tengah sangat memproteksi negerinya sendiri, sebaliknya kita malah menjadi sangat terbuka dan rentan untuk disusupi, dibuat sapi perah oleh bangsa-bangsa lain. Inilah, yang membuat kita terus terjajah.

Maka tidaklah heran kalau kita mengamati, orang-orang asing sangatlah mudah mendapat izin masuk (visa) ke negara kita meskipun tanpa ada yang mengundang atau bertanggung jawab, sementara kita bangsa Indonesia sangatlah sulit sekali mendapat visa masuk ke negara lain. Lalu kita bertanya dimana letak ketimpangan ini? Apa di aparat kita yang terlalu baik kepada orang asing atau undang-undang kita yang tidak menerapkan kebijakan timbal balik antara negara.

Kalau kita juga mau mengamati, orang-orang asing sangatlah mudah mendapat jabatan-jabatan penting pada setiap perusahaan di negeri ini, bahkan mereka juga dengan mudahnya mendirikan dan mengelola perusahaan sendiri. sebaliknya di negara lain semua orang asing termasuk warga indonesia hanya bisa bekerja sebagai pekerja biasa saja, tidak ada yang mendapat jabatan-jabatan di perusahaan, apalagi ingin mendirikan perusahaan sendiri, semua orang asing yang ingin membuka usaha harus memakai nama warga pribumi yang bertanggung jawab atas perusahaan tsb. Dalam hal ini kita juga bertanya-tanya, dimana letak ketimpangan? Yang lebih parah lagi banyak warga asing yang dengan mudahnya memiliki KTP Indonesia, bakan ada yang memiliki sampai 5 KTP.

Dalam urusan TKI juga kita melihat banyak ketimpangan-ketimpangan yang sangat merugikan bangsa kita yang bekerja di luar. Seringkali mereka yang tersangkut masalah dengan majikan enggan mendatangi KBRI untuk mencari perlindungan, karena mereka yakin KBRI akan lebih membela majikan dan akan memaksa mereka kembali bekerja. Sehingga mereka lebih memilih kabur ke tempat lain walaupun passport masih di tangan majikan. Sementara di negara lain kita melihat adanya sikap kebangsaan yang sangat kental. Pembelaan terhadap warga dan bangsa sendiri lebih diutamakan dari pada warga asing (pendatang) meskipun warganya sendiri yang bersalah.

Kita juga melihat di Negara lain adanya sikap cinta negeri dan peduli pada lingkungan dan kelestarian alam yang sangat besar sekali yang mana hal-hal seperti ini sangatlah langka di Indonesia. Umumnya warga kita lebih mengutamakan uang dan keuntungan pribadi daripada membela negeri dan menjaga kelestarian alam lingkung sendiri. Maka tidaklah heran jika kita melihat kali-kali dan sungai-sungai di luar negeri menjadi panorama indah, penghias kota, bahkan menjadi tempat wisata, penyejuk hati, sebaliknya di sini menjadi tempat pembuangan limbah, kotoran dan sampah warga sekitarnya. Bukankah dalam agama kita dilarang membuang kotoran pada air mengalir yang menjadi sumber penghidupan bagi semua makhluk hidup?.

Disamping kebiasaan-kebiasaan diatas yang membuat bangsa kita terus tertinggal ada juga doktrin-doktrin yang berkembang pada masyarakat kita yang juga punya andil besar sekali penyebab kemunduran bangsa ini, diantaranya:

Kita melihat rata-rata para orang tua di negara-negara lain selalu berfikir bagaimana menyiapkan masa depan anak-anak mereka. Untuk itu mereka terus bekerja keras untuk mempersiapkan usaha-usaha atau perusahaan yang akan mereka wariskan. Sementara para orang tua kita selalu mengatakan rezeki anak di tangan Tuhan, banyak anak banyak rezeki. Jika semua orang tua di Indonesia berpedoman seperti itu bagaimana kelak jadinya Negara dan bangsa kita ini?

Di negara-negara lain kita juga melihat bangsanya sangat ulet dan gigih sekali dalam meraih keberhasilan dan tujuan. Mereka tidak pernah mengenal kata pasrah atau menyerah. Mereka cuma tahu bahwa hanya mereka sendirilah yang menentukan masa depan dan keberhasilan mereka. Mereka terus bekerja dengan sungguh-sungguh dan terus berusaha seoptimal mungkin, sepertinya mereka akan hidup selama-lamanya di dunia ini. Sementara bangsa kita terlalu cepat bertawakal, cepat pasrah pada nasib. Untuk apa bersusah-payah banting tulang, bukankah nasib dan rezqi kita telah ditakdirkan Tuhan? Mungkin dalam hal ini kita perlu kembali merenungi Firman-Nya bahwa Tuhan tidak akan merubah apapun pada umatnya sampai umat itu sendiri yang merubahnya.

Itulah sekelumit contoh-contoh ketimpangan yang timbul akibat tradisi dan doktrin-doktrin yang mungkin keliru yang selama ini kita jalani, yang secara tidak kita sadari telah mengundang bangsa-bangsa lain untuk mengambil keuntungan dari kelemahan kita ini yang membuat bangsa kita semakin tertinggal bahkan terjajah akibat mental bangsa kita yang masih bermental dijajah. Lalu kitapun bertanya-tanya dalam hal ini siapa yang bersalah? Apakah orang-orang tua sesepuh kita yang mewariskan tradisi dan paham ini kepada kita? Atau guru-guru yang mendidik kita? Atau mungkin kita yang salah dalam memahami ajaran-ajaran mereka? Atau mungkin pemimpin-pemimpin kita yang salah karena tidak mampu memutus mata rantai tradisi ini? Ataukah mungkin memang secara kolektif bangsa kita merasa ini adalah budaya kita sendiri, tidak ada yang salah atau bersalah disini, biarkan tradisi ini terus berlanjut sampai ke anak cucu kita?

Seharusnya Negara kita yang telah merdeka haruslah benar-benar merdeka jiwa dan raga, mental dan jasmani dari segala bentuk penjajahan. Bukan merdeka hanya dalam bentuk perayaan-perayaan saja yang setiap tahun kita adakan. Kita juga harus merdeka dari segala unsur-unsur penjajahan dan merdeka dari semua antek-antek asing yang sampai saat ini masih menjamur dan merajalela di bumi pertiwi ini. Para pemimpin, tokoh-tokoh masyarakat dan segenap bangsa haruslah bersatupadu bersama-sama berjuang merubah nasib kita dan masa depan bangsa, dengan memutus mata rantai tradisi-tradisi budaya yang membuat kita tidak percaya diri, selalu bergantung kepada asing, selalu takut ditinggal investor asing, selalu mengukur kemajuan pada pasar asing, pada banyaknya orang asing yang datang, pada banyaknya bangunan apartement mewah yang menampung orang asing, pada banyaknya sewalayan-swalayan asing. Kalau terus-menerus begini kapan kita bisa terlepas dari ketergantungan pada asing? Kapan kita bisa merdeka? Apakah kita mau selamanya ditekan, ditakut-takuti dan didikte oleh bangsa-bangsa lain?

Kita adalah bangsa besar. Rakyat kita adalah pasar yang besar. Negara kita negara kaya raya. Kita punya gunung emas di Irian. Kita punya pulau Natuna dan beribu pulau lain yang penuh dengan kekayaan alamnya. Kita juga punya kekayaan gas dimana-mana. Kita punya lautan luas yang termasuk salah satu terhebat di Dunia. Kita punya hutan dan tanah yang sangat subur yang bisa dibilang paling subur didunia karena cukup matahari dan hujan, karena terletak di sepanjang khatulistiwa. Kita juga punya tambang, minyak bumi, timah, batubara dll. Intinya kita punya segala-galanya. Cuma satu yang tidak kita punya yaitu Mental untuk merdeka, untuk kebebasan dan mandiri, untuk peduli kepada bangsa sendiri.

Itulah kenyataan bangsa kita sekarang. Jika kita hanya melihat dan menilainya dari dalam negeri saja maka kita tak ubahnya seperti katak didalam tempurung. Bagi warga asing negara kita adalah surga dunia, tapi sebahagian besar rakyat dan petani-petani kita hidup dalam penderitaan kemiskinan, kelaparan, kebodohan tidak mampu menyekolahkan anak-anak mereka, sehingga kerap kali mereka kehilangan akal sehat, kehilangan kendali lalu membunuh diri sendiri, membunuh anak sendiri, dan banyak sekali kejadian-kejadian tragis yang mengiris hati yang langka sekali kita dengar terjadi di negara-negara lain. Bukankah kemiskinan itu paling dekat kepada kekufuran? Bukankah kerapkali kita melihat seseorang rela mengadaikan imannya demi menjaga kelangsungan isi perutnya? Maka kalau kita mau memperbaiki satu Bangsa perbaikilah terlebih dahulu Ekonominya, kalau kita mau memperbaiki kehidupan seseorang maka perbaikilah terlebih dahulu nafkah/mata pencahariannya! Memang, uang bukanlah segala-galanya dalam hidup ini, Tapi kenyataannya tampa uang segala-galanya menjadi amburadul. Kita tidak bisa melarang pelacur agar tidak melacur, perompok agar tidak merompok kalau perutnya masih terancam kelaparan.

Sikap Tidak Peduli
Kalau saja saya ditanya. Apa sebenarnya penyakit yang telah mejangkiti bangsa kita sehingga menyebabkan negeri ini terus terpuruk dan tertinggal? Maka dengan blak-blakan akan saya katakan. Penyakitnya adalah “Sikap tidak peduli” terhadap negara dan bangsa sendiri.

Itulah Penyakit bangsa kita yang telah lama mewabah dan menjangkit di setiap lapisan masyarakat, dari lapisan atas, menengah sampai ke bawah. Efek dari penyakit tersebut adalah terjadinya pengrusakan-pengrusakan besar-besaran secara membabi buta di segala sendi-sendi negara, terutama pada sumber-sumber kehidupan, oleh oknum-oknum yang ingin memperkaya diri sendiri, sedangkan kita akan terus semakin jauh dari upaya-upaya pencegahan dan perbaikan yang disebabkan oleh sikap apatis bangsa. Sementara penyakit ini akan terus menular dan mewabah dan menjadi satu kebiasaan yang dianggap lumrah dan bangsa tidak lagi peduli kepada nasib generasi mendatang yang akan menanggung akibat perbuatan kita saat ini.

Yang sangat-sangat memprihatinkan lagi adalah ketidak pedulian itu juga telah menular ke tokoh-tokoh masyarakat kita, para pemuka agama seperti guru-guru, para ulama, pendeta, biksu dll. Padahal sebenarnya mereka itu mempunyai peranan sangat penting sekali dalam membimbing dan mengendalikan umat dan menjadi ujung tombak dalam memperjuangkan maju mundurnya suatu bangsa disamping pemerintah sendiri. Sebab merekalah yang selalu berhubungan dengan masyarakat. Tapi sayang seribu kali sayang para pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat kita hanya mau mengisi khutbah dan pengajian mereka tentang halal haram dan ibadah saja. Mereka tidak lagi peduli masalah Negara, dan kehidupan masyarakat saat ini yang sangat memprihatinkan. Sepertinya mereka merasa elergi berbicara tentang Negara, tentang pentingnya melindungi kelestarian alam (sumber kehidupan) yang semakin hari semakin rusak. Sepertinya kita hanya disuruh untuk terus bersabar mencari akhirat dan melupakan dunia, sebab dunia ini milik orang kafir, bukan milik orang-orang yang yang beriman. Kita hanya disuruh tabah dan bersabar menghadapi kemiskinan di dunia, asal diakhirat nanti bisa dapat surga biarkan saja dunia ini jadi milik orang asing. Namun celakanya kelak anak-anak cucu kita nanti akan berbondong-bondong menggadaikan imannya demi menjaga perut mereka dari kelaparan, dan kita selamanya akan menjadi kuli bagi orang asing. Bukankah kemiskinan itu paling dekat kepada kekufuran?

Di sisi lain kita sudah tidak lagi bisa percaya dan banyak berharap kepada aparat hukum dan pejabat pemerintah, setelah melihat pengalaman dan kenyataan yang terjadi di depan mata, ternyata umumnya merekalah yang berperan besar dalam perbuatan KKN dan pengrusakan sendi-sendi negara dan sumber penghidupan kita. Merekalah yang berada dibelakang para penjarah kekayaan alam kita. Tampaknya hampir semua dari mereka telah terjangkiti penyakit aji mumpung, bahkan ada yang rela menjadi antek-antek warga asing demi kepentingan pribadi dan keluarga sendiri. Kalaupun ada beberapa pejabat bersih yang benar-benar ingin memperbaiki negara ini pasti akan menghadapi badai yang sangat dahsyat sekali, dan mustahil mereka mampu untuk melawan arus, bagaikan cicak ingin melawan buaya.

Sepertinya kita hanya bisa bermimpi untuk melihat negeri ini makmur sejahtera. Mimpi yang tidak pernah menjadi kenyataan. Rakyatpun semakin menjadi apatis menghadapi kenyataan ini. Sungguh nasib bangsa yang sangat menydihkan sekali. Orang-orang yang sebelumnya baik dan pedulipun akhirnya merasa prustasi lalu ikut berubah menjadi apatis.

Melihat kenyataan diatas tampaknya kita tidak bisa lagi hanya bergantung kepada aparat dan pejabat pemerintah semata untuk memperbaiki dan membangun Negeri ini. Para tokoh masyarakat dan pemuka agama haruslah mulai ikut andil mengambil peran penting dalam memperbaiki moral dan mental bangsa dengan membimbing dan menyadarkan rakyat agar mau peduli pada Negara, agar sadar akan pentingnya menjaga dan melindungi kelestarian alam yang menjadi sumber kehidupan kita, dan menyadarkan mereka agar membuang jauh-jauh tradisi-tradisi budaya buruk yang menyebabkan bangsa ini semakin tertinggal, dan membuang doktrin-doktrin yang menguntungkan warga asing, merugikan bangsa sendiri.

Itulah sebabnya kenapa orang-orang asing teruma Amerika dan sekutunya sangat mendukung sekali dengan tabiat, tradisi dan budaya yang tumbuh di masyarakat kita. Karena sikap-sikap seperti inilah yang memang ingin mereka tanamkan kepada setiap Negara-negara berkembang. Inilah keinginan dan tujuan Amerika dan sekutunya. Celakanya kita terlalu naïf sekali untuk menyadari, bahwa disinilah letak kebodohan kita. Bahkan mereka selalu berangan-angan senadainya saja tradisi budaya yang ada di negeri kita ini bisa sampai ke Timur tengah. Kenapa Timur tengah…? Karena disanalah Amerika dan sekutu-sekutunya menghadapi penolakan keras akan upaya penyebaran paham-paham dan kepentingan mereka. Walaupun mereka telah meletakkan bangsa Yahudi/Israel di sana, tetap saja sampai saat ini mereka tidak mampu menguasai dan mengendalikan Bangsa-bangsa kawasan itu yang ternyata tidak gampang dibodohi dan dijebak seperti bangsa kita. Ditambah lagi disana tidak ada tradisi-tradisi budaya buruk dan doktrin-doktrin aneh seperti yang berkembang disini, yang membuat kita selamanya berada didalam perangkap penjajahan. Inilah letak perbedaan antara bangsa kita dengan bangsa-bangsa yang ada di kawasan itu.

Kalau disana para pemimpin, ulama dan tokoh masyarakat peduli dengan masalah-masalah Negara, politik, social, dan selalu mengutamakan kepentingan warganya, selalu menyerukan anti asing, terutama Amerika Yahudi dan sekutunya. Sedangkan disini kita dengan sengaja dan tangan terbuka mengundang semua bangsa-bangsa asing datang kesini rame-rame untuk mengambil dan menguasai kekayaan alam kita, sementara pribumi kita gigit jari menunggu semuanya ludes.

Kalau disana para tokoh masyarakat dan ulama peduli pada lingkungan, kelestarian alam. Disini para toh masyarakat dan ulama kita hanya berdiam diri saja melihat masyarakat merusak lingkungan, membuang kotoran di tempat air mengalir, yang menjadi sumber kehidupan setiap makhluk hidup. Bahkan membiarkan warganya bekerja sama dengan warga asing menebangi hutan-hutan kita, melelang semua hasil bumi kita dengan cara membabi buta.

Maka tidaklah aneh kalau kita melihat lahan-lahan kita, hutan-hutan kita, hasil bumi kita banyak yang menjadi tidak produktif, tidak lagi bisa menunjang penghidupan rakyat apalagi memakmurkan mereka.

Tidaklah aneh jika kita melihat di luar negeri kali-kali dan sungai-sungai menjadi panorama indah, penyejuk mata, bahkan menjadi tempat rekreasi penghilang strees. Sebaliknya disini kali-kali dan sungai-sungai menjadi tempat pembuangan limbah kotoran, dan tempat pembuangan sampah warga sekitar.

Kemana para tokoh dan ulama kita?
Saat ini mereka sangat-sangat kita butuhkan untuk ikut andil dalam memperbaiki dan memakmurkan Negara ini, setelah melihat para pejabat pemerintah kita, ternyata mereka tidak mampu melakukannya sendiri. sepertinyanya kita perlu banyak belajar dari tokoh-tokoh masyarakat dan ulama-ulama di kawasan timur tengah.

Pengikut